بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Wahai penempuh jalan Allah, hendaknya Anda menetapi jalan akhirat melalui ajaran yang telah diperintahkan kepadamu dalam aktivitas lahiriahmu. Bila Anda telah melakukannya, maka duduklah dalam hamparan Muraqabah. Raihlah dengan penjernihan batinmu, hingga tak tersisa sedikitpun yang menghalangimu. Berikanlah hak keseriusan dan ketekunanmu, lalu minimkanlah pandanganmu untuk melihat lahiriahmu. Apabila Anda ingin dibukakan rahasia batinmu, untuk mengetahui rahasia alam malakut Tuhanmu berupa intuisi ruhani yang datang kepadamu yang kemudian dihalangi oleh bisikan-bisikan yang manjauhkan dari keinginanmu, maka ketahuilah pertama-pertama, bahwa kedekatanTuhanmu pada dirimu merupakan ilmu yang langsung berkaitan dengan hatimu, melalui pengulangan terus menerus pandangan dalam menarik kemanfaatanmu dan menolak bahayamu.
Wahai penempuh jalan Allah, hendaknya Anda menetapi jalan akhirat melalui ajaran yang telah diperintahkan kepadamu dalam aktivitas lahiriahmu. Bila Anda telah melakukannya, maka duduklah dalam hamparan Muraqabah. Raihlah dengan penjernihan batinmu, hingga tak tersisa sedikitpun yang menghalangimu. Berikanlah hak keseriusan dan ketekunanmu, lalu minimkanlah pandanganmu untuk melihat lahiriahmu. Apabila Anda ingin dibukakan rahasia batinmu, untuk mengetahui rahasia alam malakut Tuhanmu berupa intuisi ruhani yang datang kepadamu yang kemudian dihalangi oleh bisikan-bisikan yang manjauhkan dari keinginanmu, maka ketahuilah pertama-pertama, bahwa kedekatanTuhanmu pada dirimu merupakan ilmu yang langsung berkaitan dengan hatimu, melalui pengulangan terus menerus pandangan dalam menarik kemanfaatanmu dan menolak bahayamu.
Lihatlah firman Allah Swt.:
“Adakah sang Khalik selain Allah, yang
memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, Sesungguhnya yang dari bumi adalah
nafsumu, dan yang dari langit adalah hatimu. Apabila ada sesuatu yang turun
dari langit ke bumi, lalu siapakah yang memalingkan dari dirimu pada selain
Allah: “Allah mengetahui apa yang ada di dalam bumi dan apa yang keluar
darinya, serta apa yang turun dari langit dan apa yang naik di dalamnya. Dan
Allah menyertaimu dimanapun kamu berada.” (Qur’an)
Berikanlah hak kesertaanNya dengan
konsistensi ubudiyah kepada-Nya dalam aturan-aturan-Nya. Tinggalkan kontra
terhadap Sifat Rububiyah dalam Af’al-Nya. Siapa yang kontra kepada-Nya akan
kalah: “Dan Dia adalah Maha Perkasa di atas hamba-Nya, dan Dia Maha
Bijaksana dan Maha Meneliti.”
Sungguh benar: “Tiada yang
muncul dari nafas-nafasmu, kecuali Allahlah yang mengaturnya, apakah Anda
pasrah atau menolak. Karena Anda ingin pasrah pada suatu waktu, dan Anda
mengabaikan, di waktu yang lain. Atau Anda ingin kontra pada suatu saat, lalu
Anda mengabaikan, kecuali yang ada hanya pasrah. Semua itu menunjukkan
Rububiyah-Nya dalam seluruh tindakan-Nya apalagi pada sisi orang yang sibuk
dengan menjaga hatinya untuk meraih hakikat-hakikat-Nya.
Apabila permasalahannya
sedmikian rupa, maka berikanlah haknya adab berkaitan dengan apa
yang datang kepadamu, dengan Anda bersaksi terhadap sesuatu dari dirimu bahwa
tiada awal kecuali dengan Awal-Nya, dan tiada yang akhir kecuali dengan
Pengakhiran-Nya, tiada dzahir kecuali dengan Dzahir-Nya, tiada
batin kecuali dengan Batin-Nya. Apabila Anda telah sampai pada
awalnya awal, Anda akan melihat, terhadap apa yang dilimpahi-Nya.
Apabila muncul suatu bisikan dari Sang
kekasih yang sesuai atau tidak dengan dirimu, yang tidak diharamkan syariat,
maka lihatlah mengapa Allah ciptakan di dalam dirimu melalui pengaruh
intuitif dalam kondisimu. Bila Anda menemukan bentuk peringatan yang
menyadarkan Anda pada Allah Swt, Anda harus membenarkannya. Itulah adab waktu
bagi Anda. Anda jangan kembali pada selain itu. Apabila Anda tidak
menemukan jalan pembenaran, maka tanjakkan diri ke hadapanNya, maka itulah adab
waktu pada dirimu. Namun bila Anda kembali kepada selain jalan itu, berarti
Anda telah salah jalan.
Apabila hal itu tidak muncul dari
dirimu, Anda harus bertawakal, ridha dan pasrah. Bila masih belum
menemukan jalan menempuhnya Anda harus berdoa agar bisa menarik menfaat
dan menolak bencana dengan disertai taslim dan pasrah total. Kami harap agar anda tidak berupaya demi sebuah
pilihanmu, karena ikhtiyar demikian merupakan keburukan di mata orang
yang memiliki mata batin.
Dengan demikian ada empat adab:
Adab Tahqiq
Adab Keluhuran
Adab Tawakal
Adab Doa.
Adab Tahqiq
Adab Keluhuran
Adab Tawakal
Adab Doa.
Siapa yang mendapatkan hakikat
bersama-Nya akan terjaga oleh-Nya.
Siapa yang diluhurkan oleh Allah, cukuplah bersama Allah, tanpa lainNya.
Siapa yang tawakal kepadaNya, ia melepaskan ikhtiar/pilihan dirinya, menyandarkan pada pilihan-Nya.
Siapa yang mendoa pada-Nya dengan syarat menghadap dan mahabbah pada-Nya, Insya Allah akan diijabahi menurut kelayakan dari-Nya. Atau doanya tidak diijabahi —jika Dia menghendaki— karena kehendak doanya tidak membuatnya maslahat. Setiap masing-masing etika ini ada hamparan keleluasaan.
Siapa yang diluhurkan oleh Allah, cukuplah bersama Allah, tanpa lainNya.
Siapa yang tawakal kepadaNya, ia melepaskan ikhtiar/pilihan dirinya, menyandarkan pada pilihan-Nya.
Siapa yang mendoa pada-Nya dengan syarat menghadap dan mahabbah pada-Nya, Insya Allah akan diijabahi menurut kelayakan dari-Nya. Atau doanya tidak diijabahi —jika Dia menghendaki— karena kehendak doanya tidak membuatnya maslahat. Setiap masing-masing etika ini ada hamparan keleluasaan.
Pertama:
Adalah keleluasaan “tahqiq”. Apabila
ada sesuatu intuisi (bisikan halus) yang datang kepadamu tanpa tahqiq, lalu
engkau dibukakan sifat-sifat-Nya, maka seharusnyalah Anda tetap dengan rahasia
batin Anda, dan diharamkan Anda menyaksikan selain Allah Ta’ala.
Kedua:
Adalah hamparan keluhuran.
Manakala datang intuisi kepadamu, selain keluhuran, dan Anda dibukakan melalui
Af’al-Nya, maka luhurkanlah dirimu di sana melalui rahasia batinmu. Anda
diharamkan menyaksikan selain Sifat-sifat-Nya, dan Anda sebagai pihak
yang menyaksikan dan disaksikan. Pada tahap pertama adalah fana’nya
penyaksi, kemudian fana’nya yang disaksikan (Anda sebagai yang disaksikan dalam
fana’).
Ketiga :
Adalah hamparan tawakal. Apabila
datang kepadamu suatu intuisi selain tawakal, saya maksudkan adalah apa yang
kami sebut terdahulu, baik Anda senangi atau tidak, dan Anda dibukakan
cacat-cacat bisikan, maka duduklah pada hamparan cinta-Nya,
sembari bertawakal pada-Nya, ridha terhadap yang tampak pada dirimu berupa
dampak dari perbuatan-Nya dalam cahaya tirai-Nya.
Keempat :
Adalah hamparan doa. Apabila
muncul bisikan intuisi yang lain, lantas Anda dibukakan bentuk
kebutuhan (kefakiran) Anda kepada-Nya, maka Allah telah menunjukkan akan
Kemahakayaan-Nya. Raihlah kefakiran sebagai hamparan, dan waspadalah
untuk tidak jatuh dari derajat ini pada tahap lainnya, dikawatirkan Anda
terjerumus dalam makar Allah sementara Anda tidak tahu.
Minimal, bila Anda mengalami
kejatuhan dari derajat tersebut, Anda akan kembali pada diri Anda,
sebagai pengatur atau pemilih yang menyebabkan Anda memuliakan diri Anda,
dan selanjutnya tak ada kondisi ruhani bagi Anda untuk membawanya secara
serius dan tekun, baik dalam lahiriyah maupun batin Anda, dengan mengharapkan
agar Anda diberi sebagaimana Allah memberinya. Lalu bagaimana Anda bisa
menentang-Nya, terhadap hal-hal yang Allah tidak berkehendak memberikan
kepadamu.
Maka, dampak paling minimal
dalam pintu ini, adalah tuduhan-tuduhan syirik, bahwa Anda telah menang,
padahal sebenarnya tidak sama sekali. Apabila Anda memang menang, lakukanlah
sekehendakmu, dan Anda tidak akan mampu melakukan menurut kehendakmu
selamanya. Ini menunjukkan besarnya ketekunanmu dalam memamahi
tindakan-tindakan Allah Swt. Aku tidak akan ikut pada seorang hamba yang bodoh,
atau seorang Ulama yang fasik.
Kami tidak tahu, dimana posisi Anda
pada dua sifat ini; apakah pada kebodohan atau kefasikan, atau
kedua-duanya? Kami mohon perlindungan Allah dari pengabaian jiwa
dari mujahadah, dan kosongnya qalbu dari musyahadah. Pengabaian diri akan
menolak syariat, dan pengosongan akan menolak tauhid. Sedangkan Sang
Hakim telah membawa syariat dan tauhid. Karena itu tempuhlah dengan cara
menjauhkan diri dari kontra terhadap Tuhanmu, agar menjadi orang yang
bertauhid. Amalkanlah rukun-rukun syariat agar kamu menjadi pelaku Sunnah.
Integrasikan keduanya dengan mata hati yang lembut, maka Anda akan meraih
hakikat. Sebagaimana firman-Nya: “Atau tidakkah cukup bersama Tuhanmu,
bahwa Dia Maha Menyaksikan segalanya?”
Kemudian bila muncul intuisi dalam
muraqabahmu yang tidak disahkan oleh syariat atau pun yang disahkan syariat,
atas apa yang berlalu dari dirimu, maka lihatlah apa yang diperingatkan dan
diwaspadakan kepadamu. Apabila intuisi itu menjadikan Anda ingat kepada
Allah, maka adab Anda adalah mentauhidkan-Nya di atas hamparan
KeEsaan-Nya. Namun bila Anda tidak demikian, adab Anda adalah melihat
adanya limpahan karunia-Nya, yang menempatkan dirimu melalui
Kemahalembutan Kasih-Nya. Dan Dia menghiasi dengannya melalui kepatuhan
pada-Nya, dengan mencintai-Nya secera khusus di atas hamparan Kasih-Nya.
Apabila Anda turun dari pintu
derajat ini, sementara Anda tidak berkenan di sana, maka adabmu
adalah memandang keutamaan-Nya, karena Dia telah menutupimu atas
tindakan maksiat kepada-Nya, dan tirai itu tidak dibuka untuk makhluk lain.
Namun apabila Anda berpaling dari adab ini, dan Anda ingat akan maksiat Anda,
sementara Anda tidak diingatkan dengan tiga adab di atas, maka seharusnya
Anda beradab dengan doa dalam taubat, atau sepadannya, demi meraih
ampunan menurut tindak kejahatan yang anda lakukan, yang merupakan salah satu
sisi dari yang dibenci syariat.
Namun apabila yang datang adalah
intuisi ketaatan, lalu Anda datang dan mengingat siapa yang
memberikan limpahan manfaat kepadamu, maka janganlah matamu memandang
sejuk karenanya, tetapi harus mengingat pada Allah Yang memunculkannya.
Sebab apabila pandangan mata Anda sejuk tanpa menyertakan-Nya,
berarti Anda telah turun dari derajat hakikat.
Apabila Anda tidak berada pada derajat
tersebut, hendaknya Anda menempati pada derajat berikutnya. Yaitu Anda
menyaksikan akan keagungan keutamaan Allah terhadap diri Anda, karena
Anda telah dijadikan sebagai orang yang layak dan pewarisnya berupa rizki
kebaikan dari derajat tersebut. Bahkan diantara tanda-tandanya yang menunjukkan
atas kebenarannya. Apabila Anda tidak menempatinya dan turun di bawahnya,
maka Adab Anda adalah merenungkan secara mendalam pada ketaatan tersebut,
benarkah hal itu memang taat yang sebenarnya dan Anda sendiri selamat
dari tuntutan-tuntutan di dalamnya? Ataukah sebaliknya, justru Anda
tersiksa karenanya? Na’udzubillah! dari segala kebajikan yang kembali pada
keburukan. “Dan tampaklah pada mereka dari Allah, apa-apa yang tidak mereka
perhitungkan.”
Jika Anda turun dari derajat ini pula
kepada derajat lain, maka etika atau adab Anda adalah mencari
keselamatan dari derajat tersebut baik melalui kebaikan maupun
keburukannya. Seharusnya tujuan Anda yang berangkat dari kebajikan Anda lebih
banyak dibanding tujuan dari pelajaran keburukan Anda, apabila Anda
masih menginginkan termasuk golongan orang-orang shalih.
Apabila Anda inginkan suatu bagian,
sebagaimana yang diberikan kepada wali-wali Allah Swt. Anda harus menolak
semua manusia secara total, kecuali pada orang yang menunjukkan kepada
Allah melalui petunjuk yang benar dan amal yang kokoh yang tidak kontra dengan
Al-Qur’an dan Sunnah, Berpalinglah dari dunia sepenuhnya,
Anda jangan sampai tergolong orang yang ditawari dunia karena tindakan
itu. Namun seharusnya Anda menjadi hamba Allah yang diperintah
untuk melawan musuhNya. Jika Anda berada pada posisi dua karakter ini:
berpaling dari dunia dan zuhud dari manusia, maka tegakkanlah muraqabah
(mawas diri untuk fokus kepada Allah, menetapi taubat dengan
penjagaan diri, memohon ampunan kepada Allah melalui kepasrahan dan kepatuhan
terhadap aturan-aturan secara istiqamah.
Penafsiran empat adab tersebut: Adalah
hendaknya anda menjadi hamba Allah, dengan cara:
Mewaspadakan hatimu agar tidak melihat
di semesta raya ini sesuatu pun selain Allah Swt. Bila anda merasa meraih ini,
akan ada panggilan intusi kebenaran dari Cahaya Kemuliaan, bahwa anda telah
buta dari Jalan Benar, karena darimana anda mampu melakukan Muroqobah?
Hendaknya anda mendengarkan firman
Allah Swt, “Dan Allah adalah Maha Mengawasi segala sesuatu.” Dengan begitu anda
merasa malu atas taubat anda yang anda duga sebagai taqarrub, maka kokohkanlah
taubatmu dengan menjaga hatimu. Dan jangan anda pandang bahwa taubat itu muncul
darimu, yang membuat dirimu malah keluar dari jalan yang benar.
Bila anda merasa bahwa semua itu
datang dari diri anda, maka akan muncul intuisi ruhani yang hakiki memanggilmu
dari sisi Allah Ta’ala, “Bukankah taubat itu datang dariNya dan kembali
padaNya? Sedangkan kesibukanmu yang menjadi sifatmu, adalah hijabmu atas
kehendakmu?” Maka disanalah anda memandang sifat dirimu, lalu anda mohon
perlindungan kepada Allah Swt, dari sifat itu. Lantas anda beristighfar dan
kembali kepadaNya.
Istighfar itu berarti mencari tutup
terhadap sifat-sifat burukmu dengan cara kembali kepada Sifat-sifatNya.
Apabila anda mampu beristighfar dan
kembali, akan muncul pula panggilan hakiki seketika, “Tunduklah dengan
aturan-aturanKu, dan tinggalkanlah penentangan terhadapKu, teguhlah dengan
kehendakKu dengan melawan kehendak dirimu. Karena kehendakmu adalah bentuk
pengambil alihan sifat Ketuhanan atas kehambaanmu. Maka jadilah engkau “hamba
yang benar-benar dikuasai, tidak meliki kemampuan apa pun.” Sebab jika dirimu
merasa mempunyai kemampuan, maka justru akan dibebankan padamu, sedangkan Aku
Maha Mengetahui segala sesuatu.”
© Info Layanan Al-Hikmah Nur Imani » »
Paling diminati :
Di Doakan Secara Khusus Klik Disini » Pengobatan Alternatif Penyakit Medis & Non Medis Klik Disini » Terapi Air Hikmah Klik Tasbih Laduni Klik Disini » Menjadi Santri Online Al-Hikmah Nur Imani KlikDisini » Berkunjung ke Al-Hikmah Nur Imani Untuk Konsultasi Langsung Klik Ruwat Rumah & Kendaraan Klik Ruqiyah Jarak Jauh Klik Membuka Aura Diri Klik Uang Penarik Klik