Dengan Ridhonya - Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Jumat menjadi hari yang spesial bagi umat Islam.
Hari ini memiliki keistimewaan dibanding dengan enam hari lainnya dalam satu
minggu. Bahkan Rasulullah SAW menyebut bahwa hari Jumat merupakan hari
terbaiknya umat Islam.
Pada hari Jum’at yang
mulia terdapat satu waktu yang mustajab untuk berdoa. Tidaklah seorang hamba
yang beriman memunajatkan do'a kepada Rabbnya pada waktu itu, kecuali
Allah akan mengabulkannya selama tidak meminta yang haram.
Kapan waktu tersebut ? waktu
mustajab berdoa dihari Jumat berada di
akhir waktu setelah shalat Ashar.
Hadits yang menerangkan hal ini
cukup banyak, di antaranya :
1. Hadits Abdullah bin Salam
Abdullah bin Salam berkata, “Aku
berkata:
‘Sesungguhnya kami mendapatkan
di dalam Kitabullah bahwa pada hari Jum’at terdapat satu saat yang tidaklah
seorang hamba mukmin bertepatan dengannya lalu berdoa memohon sesuatu kepada
Allah, melainkan akan dipenuhi permintaannya.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan dengan
tangannya bahwa itu hanya sesaat. Kemudian Abdullah bin Salam bertanya,‘kapan saat itu berlangsung?’ beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Saat itu berlangsung pada akhir waktu siang.” Setelah
itu Abdullah bertanya lagi, ‘Bukankah saat itu bukan waktu
shalat?’ beliau menjawab,
بَلَى إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ
إِذَا صَلَّى ثُمَّ جَلَسَ لَا يَحْبِسُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ فَهُوَ فِي الصَّلَاة
“Benar, sesungguhnya seorang
hamba mukmin jika mengerjakan shalat kemudian duduk, tidak menahannya kecuali
shalat, melainkan dia berada di dalam shalat.” (HR. Ibnu Majah nomor 1139,
dan Syaikh Al-Albani menilainya hasan shahih ).
2. Hadits Abu Hurairah
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, “Suatu ketika saya
keluar menuju sebuah bukit, lalu saya berjumpa dengan Ka’ab Al-Ahbar, maka saya
pun duduk-duduk bersamanya. Lantas, ia menceritakan perihal kitab Taurat kepada
saya, dan saya pun menceritakan perihal Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam kepadanya.
Di antara perkara yang saya
ceritakan kepadanya ialah, ketika itu saya mengatakan, bahwa Rasulullah pernah
bersabda, “Sebaik-baik hari yang disinari matahari ialah
hari Jum’at –sampai pada sabda beliau- ‘Di dalamnya terdapat satu waktu,
tidaklah seorang muslim melakukan shalat bertepatan dengan waktu tersebut, lalu
ia memohon sesuatu kepada Allah melainkan Allah akan mengabulkan permintaannya
itu.”
Ka’ab berkata, ‘Apakah yang demikian itu berlangsung satu hari dalam
setahun?’, maka, saya menjawab, ‘Bukan, tetapi dalam setiap
hari Jum’at.’ Lantas, Ka’ab pun membaca kitab Taurat, lalu ia
berkata, ‘Rasulullah benar’
Abu Hurairah melanjutkan, “Lalu saya
berjumpa dengan Bashrah bin Abu Bashrah Al-Ghifari. Lantas, ia bertanya kepada
saya.
‘Dari mana Anda tadi?’ saya menjawab, ‘Dari sebuah bukit’ maka ia berkata, ‘Kalau saja saya berjumpa dengan Anda sebelum Anda keluar ke sana,
maka saya tidak akan keluar. Saya mendengar Rasulullah bersabda, “Tidak boleh
bepergian (dalam rangka beribadah) kecuali ke tiga masjid: masjidil Haram,
masjidku ini (masjid Nabawi), dan masjid Elia (masjil Aqsha di Baitul Maqdis).
Ia ragu.’
Abu Hurairah berkata, “Saya kemudian
berjumpa dengan Abdullah bi Salam. Maka saya pun menceritakan perihal
perbincangan saya dengan Ka’ab Al-Ahbar kepadanya, dan mengenai apa yang saya
ceritakan kepadanya tentang hari Jum’at.”
Saya –Abu Hurairah- berkata, “Ka’ab mengatakan bahwa yang demikian itu terjadi satu hari dalam
setahun.”
Abu Hurairah melanjutkan, “Abdullah
bin Salam berkata, ‘Ka’ab telah berbohong.’,
lalu saya mengatakan, ‘Kemudian Ka’ab membaca kitab Taurat, dan berkata, ‘Ya, benar, yang dimaksud ialah pada setiap hari Jum’at.’ Maka,
Abdullah bin Salam berkata, ‘Ka’ab benar.’ Selanjutnya, Abdullah bin Salam
mengatakan, ‘Sesungguhnya saya mengetahui persis mengenai
waktu yang dimaksud itu?’
Abu Hurairah berkata, “Saya berkata
kepadanya, ‘Beritahukan kepada saya tentang waktu itu,
dan jangan sekali-kali kamu menyembunyikannya terhadap saya.’ Maka,
Abdullah bin Salam berkata, ‘Waktu yang dimaksud adalah
waktu yang akhir pada setiap hari Jum’at.’
Abu Hurairah berkata, “Lantas, saya
bertanya, ‘Bagaimana mungkin kalau waktu yang dimaksud
ialah saat-saat yang terakhir pada hari Jum’at, sementara Rasulullah sendiri
telah bersabda, “Tidaklah seorang muslim
menjumpainya, di kala ia sedang melakukan shalat…; sementara waktu yang kamu
sebutkan itu ialah waktu yang tidak boleh melakukan shalat?’
Lantas, Abdullah bin Salam menjawab,
أَلَمْ يَقُلْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- « مَنْ جَلَسَ مَجْلِسًا يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ فَهُوَ فِى
صَلاَةٍ حَتَّى يُصَلِّىَ
‘Bukankah Rasulullah juga telah
bersabda, ‘Barangsiapa yang duduk pada suatu majelis sambil menunggu-nunggu
shalat, maka ia itu berada dalam kondisi melakukan shalat hingga ia benar-benar
melaksanakan shalat?’.”
Abu Hurairah berkata, “Saya
berkata, ‘Ya, tentu.’ Abdullah bin Salam berkata, ‘Ya, itulah waktu yang dimaksud’.” (HR. Abu Dawud
nomor 1046, At-Tirmidzi nomor 491, dan Abu Isa berkomentar hadits hasan
shahih, sedangkan Al-Albani berkomentar hadits shahih.).
3. Hadits Jabir bin Abdillah
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ
اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لَا يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ
شَيْئًا إِلَّا آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ
Dari Jabir bin Abdillah, dari
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Hari Jum’at adalah dua belas jam. Di dalamnya terdapat satu waktu
di mana tidaklah seorang muslim memohon sesuatu kepada Allah pada saat itu, melainkan
Allah akan mengabulkannya. Maka carilah ia pada saat-saat terakhir setelah
shalat Ashar.” (HR. An-Nasa’I nomor 1388).
Dari dua pendapat ini, pendapat yang
terkuat adalah pendapat kedua. Inilah pendapat mayoritas ulama. Ibnul Qayyim
menjelaskan bahwa pendapat ini dianut oleh Abdullah bin Salam, Abu Hurairah,
Imam Ahmad dan yang lainnya. Lebih lanjut, Ibnul Qayyim berkata, “Saat
mustajab berlangsung pada akhir waktu setelah Ashar yang diagungkan oleh
seluruh pemeluk agama. Menurut Ahli Kitab, ia merupakan saat pengabulan. Inilah
salah satu yang ingin mereka ganti dan merubahnya. Sebagian orang dari mereka
yang telah beriman mengakui hal tersebut.”
Sekalipun pendapat kedua lebih kuat,
beberapa ulama tetap menganggap bahwa pendapat pertama juga perlu diakui
keabsahannya. Oleh karenanya mereka berusaha mengambil jalan tengah dengan
menggabungkan kedua pendapat di atas. Tetap melazimi berdoa pada kedua waktu
tersebut.
Imam Ahmad berkata, “Mayoritas
hadits tentang waktu yang diharapkan terkabulnya doa menunjukkan bahwa itu
terjadi setelah Ashar, tetapi juga diharapkan setelah tergelincirnya matahari
(setelah imam berdiri untuk berkhutbah pen.).”
Ibnu Abdil Barr berkata, “Semestinya
yang dilakukan seorang muslim adalah bersungguh-sungguh memanjatkan doa kepada
Allah untuk kebaikan agama dan dunia pada dua waktu yang telah disebutkan
karena berharap dikabulkan. Karena doa itu tidak akan sia-sia, insyaAllah.
Sungguh benar perkataan Ubaid bin Abrash yang mengatakan, “Siapa yang meminta
kepada manusia, mereka akan menolaknya, dan siapa yang meminta Allah, pintanya
tidak akan sia-sia.”
Bahkan, Ibnul Qayyim yang menguatkan
pendapat kedua pun, beliau tetap menekankan agar setiap muslim tetap
membiasakan berdoa pada waktu shalat. Katanya, “Menurut hemat saya, waktu
shalat juga merupakan waktu yang diharapkan terkabulkannya doa. Jadi, keduanya
merupakan waktu mustajab meskipun satu waktu yang dikhususkan di sini adalah
akhir waktu setelah shalat Ashar. Sehingga ia merupakan waktu yang telah
diketahui secara pasti dari hari Jum’at; tidak maju dan tidak mundur. Adapun
waktu shalat, ia mengikuti shalat itu sendiri; maju atau mundurnya. Sebab,
dengan berkumpulnya kaum muslimin, shalat, kekhusyukan, dan munajat mereka
kepada Allah memiliki dampak dan pengaruh yang sangat besar untuk dikabulkan.
Karena, ketika kaum muslimin sedang berkumpul sangat diharapkan sekali doa
terkabulkan.” Selanjutnya Ibnul Qayyim berkesimpulan, “Dengan demikian,
semua hadits yang disebutkan di atas sesuai dan berkaitan. Rasulullah
menganjurkan umatnya untuk senantiasa memanjatkan doa dan bermunajat kepada
Allah pada dua waktu dan masa ini.”
Hal ini juga diikuti oleh Syaikh
Ibnu Bazz rahimahullah sebagaimana yang
dinukil oleh DR. Sa’id bin Ali al Qahthan dalam Shalâtul
Mukmin. Syaikh Ibnu Bazz berkata, “Hal itu menunjukkan bahwa sudah
sepantasnya bagi orang muslim untuk memberikan perhatian terhadap hari Jum’at.
Sebab, di dalamnya terdapat satu saat yang tidaklah seorang muslim berdoa
memohon sesuatu bertepatan dengan saat tersebut melainkan Allah akan
mengabulkannya, yaitu setelah shalat Ashar.
Mungkin saat ini juga terjadi
setelah duduknya imam di atas mimbar. Oleh karena itu, jika seseorang datang
dan duduk setelah Ashar menunggu shalat Maghrib seraya berdoa, doanya akan
dikabulkan. Demikian halnya jika setelah naiknya imam ke atas mimbar, seseorang
berdoa dalam sujud dan duduknya maka sudah pasti doanya akan dikabulkan.”
Inti dari materi keterangan ini kenapa Doa Mustajab dihari Jumat Setelah Shalat
Ashar ? karena ini kebijaksanaan aturan Allah, bila pada saat Sholat Jumat yang
bisa melaksanakanya hanya kaum Muslimin (laki laki) tetapi bila Setelah Sholat
Ashar kaum Muslimat ( perempuan ) juga bisa melaksanakan dan menikmatinya suatu
doa Mustajab, inilah kebijakan Allah Swt.
Oleh karena itu Jama’ah AL-Hikmah
Nur Imani Selalu mengadakan Zikir dan Doa bersama untuk saling mendoakan di
Malam Jum’at dan di Akhir Jum’at yaitu setelah Sholat Ashar
Di Doakan Secara Khusus Untuk Menyelsaikan Masalah anda KlikDisini
Di Doakan Secara Khusus Untuk Menyelsaikan Masalah anda KlikDisini
Jadi, mari tetap memuliakan dua
waktu tersebut dengan banyak-banyak berdoa, karena doa kita pasti dikabulkan,
entah kapan; diijabahi langsung, atau dihindarkan dari bahaya yang setara
dengan doanya, atau sebagai penghapus dosa, atau menjadi simpanan di akhirat
kelak. Wallahu A’lam bish Shawab.
Baca Juga :
Air Hikmah Klik Disini
Tasbih Laduni Klik Disini
Cara Meraih Kesuksesan dalam Kerejekian Klik disini
Ijazah Hizib Para Wali Klik Disini
Nama nama Ilmu Hikmah Klik Disini
20 Manfaat dari Infak dan Sedekah Klik Disini
Anda yang Mau Bergabung bersama
kami dengan yang lainya Menjadi Santriwan Santriwati secara Online di AL-HIKMAH NURIMANI
MERAIH KUNCI SUKSES DUNIA &
AKHIRAT
“Barang siapa yang berjalan
menuju Allah, Maka Allah akan berlari menuju dia. Siapa yang berlari menuju
Allah, maka Allah akan melompat dan memelukNya”